FLAG HOUSE

 An object should be judged by whether it has a form consistent with its use. - Bruno Munari


Kala itu, langit sore membentang cerah dengan sedikit awan yang menemani perjalanan kami. Menuju ke Jogja Utara dengan berbekal GPS smartphone, akhirnya kami tiba juga di rumah tersebut. Ya, Mario Andreti sang pemilik sekaligus si arsitek dari Flag House sengaja menyembunyikan masterpiece nya ini jauh dari keramaian. Mengapa begitu?

"Tidak ada alasan khusus, hanya keterbatasan budget saat itu." jawab beliau seraya tertawa kecil. Mario tinggal bersama istri, Inge dan bayi kecilnya, Zi. Andreti sekelurga menyambut kami dengan hangat dan mempersilahkan kami masuk untuk mengenal lebih dekat ruang dalam Flag House. Jujur saja, untuk ukuran sebuah rumah yang akan dihuni oleh 3 orang, Flag House terasa sangat kecil. Rumah ini hanya berukuran 6x6 m2 (tipe 36) dengan hanya 1 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Namun, untuk menyiasati hal tersebut, Mario melakukan beberapa hal yang berbeda dari hierarki rumah pada umumnya.


- Ilustrasi layout ruang Flag House - analisis pribadi.

Menghilangkan ruang tamu dan menyatukannya langsung dengan ruang keluarga beserta dapur bersih merupakan salah satu ide yang bagus dalam menghemat luasan ruang. Furniture yang dipilih pun disesuaikan dengan tema ruangan: bersih dan tidak banyak tekstur. Hanya ada 1 sofa besar dan tv flatscreen serta karpet pada ruang keluarga. Bagaimana dengan tamu? kami duduk lesehan sepanjang ruang keluarga dan dapur bersih. Keakraban inilah yang ingin dicapai tanpa rasa sungkan.


- Mario Andreti sedang menjelaskan ide desain rumahnya kepada kami - dok. pribadi.

Cukup dengan interior, Mario mengajak kami berkeliling rumah mungilnya. Pertanyaan utama akhirnya kami lontarkan dan jawabannya cukup diplomatis. "Bentukan ini tidak merujuk pada simbol bahkan bendera negara apapun. Saya hanya ingin sesuatu yang berbeda namun tetap simple, bersih dan sedikit sentuhan. Tapi saya tidak menolak jika dikatakan Flag House," ujarnya tertawa.




Pada sisi utara rumah, Mario memberikan sentuhan taman kecil dengan kolam ikan ditengahnya. Selain itu terdapat pula bangku taman kecil yang tercover teduh oleh ranting pohon plumeria. Kesemuanya adalah pilihan yang dibuat oleh sang arsitek sendiri dengan mencoba mempertegas garis box yang sudah lebih dulu datang dari bangunan rumah dan juga dinding tetangga.


- Taman kecil di utara rumah berbatasan langsung dengan dinding tetangga - dok. pribadi.


Di penghujung akhir kami bertanya tentang tahapan desain ke depannya. Bagaimana jika baby Zi dewasa dan membutuhkan ruang pribadinya sendiri? "Posisi peningkatan akan berada diatas carport. Sekaligus studio pribadi saya nanti (amin), haha. Kalau sudah begitu, mungkin arah masuk tangga akan dari carport."

Lahan yang sempit kadang menjadi kendala bagi kita untuk berarsitektur. Namun Mario Andreti mampu membuktikan itu bukan penghalang. Banyak melihat, mengenali potensi lahan serta memperluas referensi bahan dan material adalah kuncinya. Kami pamit pulang dengan pelajaran penuh tentang berarsitektur dilahan sempit. Dan tentunya perlahan-lahan mulai memikirkan ide untuk rumah impian kami masing-masing. :)


- last photo source by Mario Andreti Facebook -


Tim Ziarah Arsitektur, 2013



3 komentar:

  1. Pertamax gan. hehehe Lanjutkan yi, tulis menulisnya, dan lanjutkan ziarah arsitekturnya lg yuk :)

    BalasHapus
  2. Keren rumahnya mas Mario. Lahannya ukuran berapa nih ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekitar 98 meter persegi pak. Bentuk lahan trapesium dengan membesar ke arah belakang.

      Hapus

 

Instagram Updates

Twitter Updates

Favorite Quote

Orang Boleh Pandai Setinggi Langit, Tapi Selama Tak Menulis, Dia Akan Hilang Di Dalam Masyarakat dan Dari Sejarah
-pramoedya ananta toer